KEBUDAYAAN LOMBOK TENGAH

Telah di Publikasikan di : Koran Suara Kota, 27 Oktober 2015 
Penulis : Gema Rahmadhania ( 1EA02)




Lombok, Nusa Tenggara Barat merupakan sebuah pulau yang amat indah di Indonesia. Merupakan destinasi pariwisata yang amat menarik karena memiliki alam yang sangat indah dan belum banyak terjamah oleh wisatawan asing. Akses menuju Lombok dapat ditempuh menggunakan pesawat terbang dari Soekarno Hatta International Airport selama 2 jam, sedangkan dari Bali dapat ditempuh menggunaka kapal ferry selama 4 jam. Akses yang mudah ini juga membuat Lombok semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan. Kebudayaan yang akan saya bahas adalah Kebudayaan Lombok Tengah.  


Tari Paserehan
(sumber : Google)
Lombok memiliki berbagai macam kebudayaan, diantaranya yang terletak di Suku Desa Sasak Sade. Ini merupakan sebuah perkampungan yang penghuninya masyarakat asli lombok. Desa Sasak Sade terletak di pinggir jalan raya Praya di daerah Rembitan, Lombok Tengah. Jarak tempuh dari Bandara ke Desa Sasak Sade adalah 15-20 menit dari Lombok International airport. Saat masuk ke pintu utama, kita akan disambut oleh pertunjukkan musik dan tarian tradisional. Nama tarian tersebut adalah Tari Paserehan, merupakan pertunjukkan pertarungan antara 2 laki-laki dengan tongkat yang terbuat dari rotan dan perisai yang terbuat dari kulit sapi.

Tari Oncer
(sumber : Google)
Lalu ada Tari oncer ( Lombok Tengah ), yaitu penarinya terdiri atas dua orang penari gendang beleq, 4/6 penari copeh/oncer ( disebut demikian karena para penari sambil menari memegang alat musik copeh yang sewaktu-waktu dimainkan mengikuti irama musik ) dan satu orang penari petuk ( membawa alat musik petuk yang dimainkan  mengikuti irama musik .
Penyajiannya terbagi menjadi 3, yaitu:
a.    Bagian pertama, ditarikan bersama oleh penari oncer, gendang, dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran keberangkatan prajurit ke medan perang.
b.    Bagian kedua, ditarikan oleh penarti petuk dengan gerak-gerak yang lucu. Bagian merupakan tari untuk menghibur.
c.    Bagian ketiga, ditarikan bersama penari oncer, gendang dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran setelah peperangan selesai

           Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika. Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi masing-masing reog mama, terdiri atas dua nada dan sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis, delapan buah perembak kodeq, disebut juga copek. Perembak ini paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis, sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong oncer, sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera merah atau kuning yang disebut lelontek.Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, Jika ada perang berfungsi sebagai komandan perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, disini payung agung akan digunakan.Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan.
Mayoritas agama masyarakat suku Sasak Sade adalah agama Islam. Agama Islam masuk ke Lombok sekitar abad XV M. Banyak terletak bangunan Masjid, maka dari itu Lombok disebut sebagai “Pulau 1000 Masjid”.


Rumah Adat Desa Sasak Sade
(sumber : Google)
Bentuk kebudayaan suku Sasak selain Bahasa dan Agamanya adalah bentuk bangunan rumah adatnya. Rumah Suku Sasak ini tidak hanya sebagai tempat tinggal saja , melainkan juga punya nilai estetika dan pesan-pesan filosofi bagi penghuninya, baik arsitektur maupun tata ruangnya. Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5-2 meter dari permukaan tanah. Atap dan bubungannya (bungus): terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu, hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) : inan bale (ruang induk) yang meliputi 2 baguan yaitu bale luar (ruang tidur) ,bale dalam berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan. Ruangan bale dalam dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Selain itu ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem geser. Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau atau kuda, getah, dan abu jerami. Rumah adat di desa Sasak Sade memiliki keunikan tersendiri, yaitu dibersihkan menggunakan kotoran sapi. Menurut kepercayaan masyarakat disana, rumah akan menjadi lebih bersih dan merupakan tradisi adat yang turun temurun.


Tulup
(sumber : Google)
Tulup adalah senjata tradisional Suku Sasak yang biasa digunakan untuk berburu. Senjata ini terbuat dari kayu meranti yang dilubangi, berpeluru potongan-potongan seperti lidi dari pelepah pohon enau yang berbentuk seperti mata panah yang disebut ancar. Mata ancar biasanya diolesi racun dari getah pohon tatar agar bisa melumpuhkan hewan buruan.

 Kain Songket
 (Sumber : Google)
Menenun merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Desa Sasak sade. Kain songket yang dihasilkan sangatlah indah. Salah satu motif kain songket yang digemari adalah kain songket bentuk rang-rang. Motif ini adalah bentuk jajar genjang dengan perpaduan warna yang indah. Kain songket ini selalu digunakan pada upacara-upacara adat, pernikahan, atau festival adat. Penggunaan kain songket ini pasti disandingkan dengan pakaian adat lainnya, yaitu lambung.

Menenun
( Sumber : Google)
Menurut adat istiadat masyarakat suku Sasak Sade, Jika seorang gadis sudah terampil menenun kain songket khas Lombok, maka gadis itu sudah diperbolehkan menikah. Menenun merupakan sumber mata pencaharian mereka.
Oleh : Gema Rahmadhania
Mahasiswa Semester I
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Universitas : Gunadarma




Comments

Popular posts from this blog

PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS

KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS PT. FREEPORT

Norma Moral dan Etika dalam bisnis Internasional