Tak Akan Pernah
Sampai
Karya : Gema
Rahmadhania (1EA02)
Alunkan lagu ini sebelum membacanya :
Di suatu pagi di Asrama Intercon. Merupakan suatu tempat tinggal
bagi para siswa SMA Intercon.
Dingginnya suhu di bulan November membuat Abigail sangat betah berlama - lama
di kamar asrama. Kamar nya pun cukup nyaman dengan 1 tempat tidur dan 1 ac.
Ditambah lagi dengan suasana Bandung yang amat menenangkan.
Kelas Tahun Ajaran Baru
pun di mulai. Setelah itu para siswa dan siswi kembali belajar setelah melewati
libur musim panas. Disinilah awal mula bertemunya Abigail dengan Aubrey. Paras
Aubrey sangat menawan, dengan kulit putih, mata sipit nan teduh, serta rambut
yang lurus, dan cukup tinggi. Sedangkan Abigail, yang bertubuh mungil, kulit
putih kemerahan (berkat sering berjemur) serta wajah Indo-Swiss, dan rambut
keriting kecoklatan.
***
6 bulan berlalu
Aubrey semakin dekat
dengan Abigail. Bahkan, kemanapun Abigail pergi pasti Aubrey turut bersamanya.
Namun, seiring berjalannya waktu perasaan ini semakin mendalam terhadapnya.
Namun Aubrey sadar, rasa cinta nya ini hanya sebatas sampai disini saja. Karena
ia tahu, Aubrey dan Abigail berbeda keyakinan.
Abigail :
"Brey, bentar lagi kita lulus nih... Kamu mau lanjut kuliah dimana?”
Aubrey :
"Aku mau lanjut studi di Jerman.... Nyusul kakakku yang disana.., kalau
kamu?"
Abigail :
"Hah? Serius kamu? *dalam hati*
(oh, Tuhan... Secepat inikah pertemuan ku
dengan Aubrey? Mengapa engkau menciptakan rasa ini begitu dalam) *kemudian terdiam* aku tetap di Indonesia.
Aubrey :
“Iyah aku serius... Kamu kenapa? Kok sedih gitu muka nya. Aku cuma kuliah disana kok, nggak lama aku
pasti balik lagi.”
(Dengan
senyum dan mata teduhnya, begitulah Aubrey menenangkanku. Padahal kami
sama-sama memendam perasaan yang sama. Kami hanya takut, kebersamaan itu pergi
dimakan oleh waktu).
Sesampainya di rumah,
aku merenungkan perkataan Aubrey tadi sore di Taman sekolah. Sungguh, sebuah
berita yang membahagiakan sekaligus menyedihkan. Ketika sebuah rasa yang telah
tumbuh. Bersemi oleh waktu, namun kini akan dipisahkan oleh keyakinan, waktu,
dan jarak. Apa dayaku ini? Perasaan yang terus ingin diungkapkan. Namun
tertahan di bibirku, dan aku hanya....... Mengagumimu.
***
2 bulan berlalu...
Di suatu pusat
perbelanjaan di daerah Bandung. Aku bersama Aubrey sedang jalan-jalan menikmati
suasana Bandung di kala senja. Langkah kami terhenti di sebuah taman dengan
hiasan lampu yang warna - warni. Aubrey pun menggengan erat tanganku.
Aubrey :
“Abigail...... Lihat mata aku.... Aku tau... Kita belum lama kenal, tapi aku merasa
nyaman sama kamu. Semua luka di masa laluku.. Seakan sembuh ketika aku sudah
bersamamu. Aku tahu kita berbeda, amat berbeda, keyakinanmu dan keyakinanku.
Tapi apa lah dayaku ini, aku hanyalah manusia yang memiliki perasaan mendalam
terhadapmu. Kamu mau kan terus sama aku?"
Abigail :
*Meneteskan air mata* aku tahu itu
sejak mengenalmu. Biarlah kita menjalani ini, berjuang bersama hingga satu
tujuan. Waktu kebersamaan kita hanya kurang dari 1 bulan lagi, setelah itu kau
akan lepas landas ke Jerman"
Aubrey :
"Izinkan aku membahagiakanmu, di sisa waktu berjumpa kita yang kurang dari
satu bulan ini. Aku mencintaimu, Abigail...."
(Keduanya pun berpelukan di senja kota Bandung, diiringi alunan musik khas
Bandung tempo doeloe).
***
Waktu keberangkatan Aubrey pun tiba.
Siang itu, di Bandung.
Abigail sedang mempersiapkan kado untuk aubrey. Ini merupakan figura foto
berdua yang Abigail cetak. Percakapan Aubrey dan Abigail pun hanya melalui
social media.
(On Line)
Abigail :
"Hai Aubrey, the day is coming!!!! All
your bag are packed. You'll go to the Germany right?. Maafin aku ya, aku
ngga bisa anter kamu sampe ke Bandara..."
(Abigail pun berencana membuat surprise kedatangan di Soekarno Hatta
International Airport).
Beberapa menit kemudian Aubrey
membalasnya.
Aubrey :
"Iyah sayang, nggak apa apa... Aku ngga mau ngerepotin kamu. Bagi aku
pertemuan kita waktu itu sudah cukup bagiku. Jaga kesehatan kamu ya....
Baik-baik disini. Aku pasti kembali"
Abigail pun tidak membalas Line dari
Aubrey.. Karena ia sedang di perjalanan menuju Soetta.
Aubrey :
"Sayang, aku sudah sampai di Soetta, boarding jam 9 malam."
Tiba - tiba Abigail
muncul dari belakang dan memeluk erat Aubrey. Sungguh pertemuan sekaligus
perpisahan terberat. Aku menyempatkan untuk ngobrol berdua dengan Aubrey dan
foto bersama sebagai kenang-kenangan. Notification pun berbunyi, boarding
dengan tujuan Germany, Sehingga
Aubrey harus segera check in dan
berpamitan dengan semuanya. Peluk hangatnya untuk yang terakhir kali.
Abigail :
*masih menahan air mata yang akan segera
tumpah* “Aubrey....................”
Aubrey :
“Apa....?”
Setelah itu aku beranjak
meninggalkan soetta. Sungguh
kalimat yang amat berat ku katakan. Aku telah selesai mengantarkan ia menuju
kehidupan yang lebih baik. Beberapa langkah menuju mobil masih sanggup menahan
air mata. Suara bising pesawat yang ku dengar dari parkiran menuju keluar seakan memecahkan
keheningan malam itu, air mata ku tak tertahankan lagi, dan aku terus
mendokannya... Di dalam hatiku.
***
Seminggu kemudian,
Aku terbangun dari kantuk semalam, dan
mengecek ponsel ku yang berisi pesan dari Aubrey. Fikirku, ini merupakan kabar
bahagia dari Aubrey namun ternyata....
Aubrey :
“Hai, kamu udah bangun? Aku mau bilang sesuatu sama kamu. Kayanya kita udah
ngga bisa lanjutin hubungan LDR ini deh... Kita ini Long Distance Relationship dan Long
Different Religion. Aku ngga bisa terus - terusan kaya gini. Kedua orang
tuaku tidak merestui hubungan kita berdua, dan aku sudah menemukan pasangan
yang seiman denganku. Aku harap kamu bisa mengerti ya, Abigail.... Selamat
tinggal..."
(Tangis pun pecah tak terhindari lagi.)
***
Entah
apa arti cinta sesungguhnya. Aku tak mengerti bisa mencintaimu sedalam ini.
Namun, semakin jauh perjalanan kita semakin terlihat jelas pula pebedaan kita.
Aku, kamu, keluarga kita. Aku tak pernah menyesali pertemuan kita. Pertemuan
yang mebawa aku kepada sebuah benteng tinggi diantara kita berdua. Entah apa
yang membuatmu bertahan denganku, bertahan mengarungi jarak ribuan mil jauhnya.
Sedangkan disana, banyak perempuan yang rasanya jauh lebih pantas bersamamu.
Yang akan selalu menemanimu , beribadah bersamamu di dalam gereja, duduk
berpaku bersama dihadapan Tuhan. Perbedaan kita yang teramat jelas dan sukar
untuk ku raih. Dirimu begitu indah. Namun tak layak disandingkan bersamaku.
Sudah jelas akhir dari hubungan ini. Karena aku dan kamu tidak akan pernah sampai menjadi kita. Sebuah imajinasi yang
indah namun terlalu berharap membuat rasa ini semakin perih, menerima kenyataan
bahwa semua ini memang sementara. Sebuah kepastian yang kita tunggu telah tiba,
bernama perpisahan. Mencoba berdamai dengan keadaan, mencoba menerima segalanya
dengan hati yang lapang.
Karena
aku yakin... patah hati terhebat ini akan membawaku bertemu dengan seseorang
yang memang pantas. Mencintaimu adalah bagian yang indah dalam hidupku. Namun,
merelakan mu dengan dia yang tepat adanya merupakan sebuah kebesaran hati yang
amat hebat. Semoga kamu, menemukan dia yang tepat adanya, Yang satu Tuhan.
Comments
Post a Comment